Hari Perempuan Internasional merupakan peringatan untuk perempuan di seluruh dunia yang diperingati setiap tanggal 8 Maret. Peringatan ini menjadi bentuk penghargaan terhadap perjuangan dan pencapaian perempuan. Momentum ini juga diperingati sebagai hari aksi untuk memperjuangkan hak-hak perempuan.
Senang sekali sebagai perempuan aku dirayakan. Menjadi perempuan, kami memang patut dirayakan dan saling merayakan. Perempuan memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan, menciptakan kehidupan, dan memastikan kehidupan berjalan seharusnya.
Terlahir sebagai perempuan aku memiliki berbagai macam tantangan. Setiap perempuan yang ada di bumi ini pasti punya challenge mereka masing-masing. Dan tantangan yang dihadapinya yang membentuk seseorang menjadi perempuan tangguh dan berhati baik.
Salah satu tantangan yang aku hadapi sebagai perempuan khususnya di usia remaja yaitu cyberbullying.
Perempuan lebih banyak menjadi target
cyberbullying daripada laki-laki (Grifoni et al., 2021: 4)
Apa sih cyberbullying itu?
Cyberbullying merupakan suatu perbuatan yang dilakukan melalui media sosial di
dunia maya yang secara sengaja dan berulang-ulang disertai dengan tindakan berupa
pengintimidasian, tekanan, perkataan kasar, pelecehan, dan juga perbuatan kasar secara verbal. (Jubaidi and Fadilla, 2020: 122)
Cyberbullying memiliki beberapa jenis, diantaranya denigration, outing, flaming, impersonation,
harassment, cyberstalking, exclusion dan trickery.
1. Denigration merupakan tindakan mengumbar
kejelekan (aib) orang di internet.
2. Outing merupakan tindakan menyebar rahasia atau foto pribadi
orang lain.
3. Flaming merupakan tindakan menyampaikan pesan amarah dalam bentuk perkataan
atau perbuatan di internet.
4. Impersonation merupakan tindakan untuk melakukan imitasi dengan
menjadi orang lain dan berusaha mengirim pesan negatif.
5. Harassment merupakan penyampaian
pesan secara terus-menerus yang berisi gangguan.
6. Cyberstalking merupakan tindakan
mencemarkan nama baik dan mengganggu seseorang secara intens, hingga menimbulkan
ketakutan yang besar.
7. Exclusion merupakan tindakan yang secara sengaja dilakukan untuk
mengeluarkan seseorang dari grup online.
8. Trickery merupakan tindakan membujuk seseorang
untuk mendapatkan rahasia pribadi orang tersebut. (Hidajat et al., 2015: 277).
Ceritaku dan Cyberbullying
Aku pernah mengalami cyberbullying di usia remaja. Membaca dengan mataku sendiri komentar/pesan buruk tentang diriku. Tidak jarang tulisan tersebut menghina fisik, memfitnah, melecehkan, dan sebagainya.
Sampai hari ini hal itu masih membekas dalam ingatan. Tanpa perlu aku ceritakan secara detail, aku yakin beberapa perempuan juga pernah mengalaminya. Atau, mungkin pernah menjadi pelaku..
Di era media sosial cyberbullying menjadi semakin mudah untuk dilakukan oleh siapa saja. Cukup dengan membuat akun palsu di Instagram atau Tiktok, seseorang bisa dengan mudah melakukannya kepada orang lain.
Biasanya pelaku cyberbullying tidak menunjukkan identitas aslinya. Mereka bersembunyi dalam akun anonim. Sedangkan korban cenderung lemah karena lebih rentan terekspose di media sosial.
Jujur saja setelah mengalami itu aku sempat menjadi pribadi yang insecure dan tidak percaya diri. Aku lebih tertutup pada siapa pun. Suka menebak-nebak apa yang orang lain pikirkan terhadapku. Yup, berdampak sekali kepada kehidupan sosialku.
Setelah mengalami cyberbullying ini selama beberapa tahun. Lucunya aku begitu yakin pelakunya adalah orang yang sama meskipun dia menggunakan berbagai nama samaran.
Aku tidak tau apa alasan pelaku berbuat demikian. Aku yakin dia bersenang-senang saat melakukannya. Motifnya pun aku tidak pernah tau, sehingga tak jarang aku menjadi self blaming.
Namun semakin dipikirkan, justru aku semakin terluka. Karena nyatanya pelaku cyberbullying hanya ingin menyakiti oranglain tanpa alasan yang jelas.
Mereka ingin menciptakan terror dan ketakutan pada seseorang.
Ada ketakutan pada diriku untuk berekspresi secara online melalui media sosial. Sering kali merasa bahwa ketika aku 'dilihat', aku juga sedang 'dinilai'.
Apakah aku terlihat cantik? apakah aku terlalu ekspresif? apakah mereka menyukaiku?
Sering kali terbesit pikiran-pikiran negatif terhadap diriku sendiri.
Efek yang dialami oleh korban cyberbullying pada umumnya.
Satu hal yang menyakitkan sebagai perempuan adalah saat dijatuhkan dengan cara dibenturkan dengan sesama perempuan.
Kemudian, setelah semua berlalu, tiba-tiba aku mendapatkan pesan anonim melalui direct message instagram.
Tanpa ada basa-basi isi pesannya adalah permohonan maaf atas perbuatannya kepadaku selama ini. Sulit bagiku memaafkan seseorang yang aku bahkan tidak tau siapa serta apa motifnya.
Sedangkan sebagai korban butuh waktu tidak sebentar bagi kami untuk dapat memaafkan dan menyembuhkan diri sendiri.
Rentannya Perempuan pada Cyberbullying
Pengalaman itu mengajarkanku banyak hal dan bahkan secara signifikan mengubah karakterku.
Beruntung aku mendapatkan support dari orang-orang terdekat, meskipun saat menceritakan hal ini rasanya akan sulit untuk dipercaya.
Pada peringatan Hari Perempuan Internasional ini, aku ingin menyuarakan suara perempuan yang pernah mengalami hal serupa. Cyberbullying bukanlah masalah sepele.
Sama halnya dengan bullying yang dilakukan secara tradisional, cyberbullying memiliki dampak yang juga besar terhadap korban.
Korban cyberbullying lebih beresiko untuk melakukan bunuh diri dibanding dengan korban
bullying di dunia nyata. Dan korban perempuan lebih beresiko untuk
menyakiti dirinya sendiri hingga melakukan bunuh diri dibanding dengan korban laki-laki (Peng
et al., 2019: 5-6)
Pada penelitian yang
dilakukan Rahayu juga menyebutkan bahwa korban merasa depresi, sedih, frustasi, dan yang
paling parah adalah adanya kecenderungan untuk melakukan bunuh diri. Frustasi dan kemarahan
itu lebih banyak ditunjukkan dari korban remaja perempuan dibanding dengan korban remaja lakilaki (Rahayu, 2012: 27).
Perempuan yang mengalami cyberbullying cenderung menarik diri dari lingkungan. Hal ini menjadikan dia tidak bisa speak up dan mendapatkan pertolongan yang seharusnya.
Saat kita memperingati Hari Perempuan Internasional, sangat penting untuk mengakui berbagai tantangan yang dihadapi perempuan baik secara internal maupun eksternal.
Secara internal, perempuan sering berjuang dengan harapan-harapan masyarakat, keraguan diri, dan bias internal yang merusak kepercayaan diri dan harga diri mereka.
Secara eksternal, perempuan menghadapi seksisme sistemik, diskriminasi, dan kekerasan berbasis gender, yang memperburuk ketidaksetaraan dan menghambat peluang mereka untuk maju.
Saat kita merayakan Hari Perempuan Internasional, penting untuk menyadari bahwa perempuan sering menjadi korban cyberbullying yang destruktif. Tidak hanya melukai secara emosional, tetapi juga mengancam keamanan dan kesejahteraan perempuan.
Sebagaimana dikatakan oleh Emma Watson, "Women should be given the right to be themselves and not just a target".
Kita harus berkomitmen untuk melindungi perempuan dari cyberbullying, memberikan dukungan, dan menciptakan lingkungan online yang aman dan inklusif bagi semua.
Mari bersama-sama melawan cyberbullying dan memastikan bahwa setiap perempuan dapat mengakses ruang online tanpa rasa takut atau ancaman. Aku percaya, dengan dukungan kolektif, kita dapat membangun dunia di mana perempuan dapat mengemukakan suara mereka tanpa ketakutan dan meraih potensi mereka sepenuhnya.
Bibliography :
Grifoni, P. et al. 2021. Against Cyberbullying Actions: An Italian Case Study, Sustainability, 13(4).
doi: 10.3390/su13042055.
Hidajat, M. et al. 2015. Dampak Media Sosial dalam Cyber Bullying’, ComTech: Computer,
Mathematics and Engineering Applications. 6(1), p. 72. doi: 10.21512/comtech.v6i1.2289.
Jubaidi, M. and Fadilla, N. 2020. Dampak Negatif Cyberbullying Sebagai C-Crime. Shaut AlMaktabah : Jurnal Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi, 12(2), pp. 117–134. doi:
10.37108/shaut.v12i2.327.
Peng, Z. et al. 2019. Associations between Chinese adolescents subjected to traditional and cyber
bullying and suicidal ideation, self-harm and suicide attempts. BMC Psychiatry, 19(1), pp.
1–8. doi: 10.1186/s12888-019-2319-9.
Rahayu, F. S. 2012. Cyberbullying sebagai Dampak Negatif Penggunaan Teknologi Informasi.
Journal of Information Systems, 8(1), pp. 22–31.